Showing posts with label Warji Permana. Show all posts
Showing posts with label Warji Permana. Show all posts

Friday, February 26, 2021

Vaksinasi Kunci Pemulihan Ekonomi


Peningkatan kasus Covid-19 setiap harinya terus bertambah. Segala upaya telah dilakukan pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah. Namun bukannya berkurang jumlah kasus aktif malah terus bertambah setiap harinya. Kasus aktif covid-19 Indonesia saat ini sudah mencapai 175 ribu lebih.

Di tengah penambahan kasus covid-19 yang terus melonjak, pemerintah optimistis program vaksinasi covid-19 yang tengah berjalan dapat menjadi pemulih ekonomi nasional di tahun 2021.

Presiden Joko Widodo pekan lalu meminta agar program vaksinasi Covid-19 kepada seluruh masyarakat bisa dipercepat agar target program bisa tercapai. Hal ini bertujuan agar kekebalan masyarakat segera terbentuk.

Gayungpun bersambut. Adalah Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan kesiapannya menggelar vaksinasi mandiri. Targetnya adalah seluruh karyawan perusahaan dan keluarganya yang prediksi bisa menyasar hingga 30 juta orang penduduk.

Program vaksinasi mandiripun di sambut antusias banyak perusahaan. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan lebih dari 3.000 perusahaan telah mendaftar dalam program vaksin mandiri covid-19 hingga Selasa (16/2).

Silang pendapatpun muncul. Pendapat yang kontra terhadap vaksin mandiri mengkhawatirkan para pengusaha kecil sulit mengakses akibat dana yang terbatas. Kesenjangan antara pengusaha menengah keatas dan pengusaha kecil semakin lebar. Pada akhirnya hanya pengusaha menengah keatas yang mampu memberikan vaksin kepada para pekerja dan keluarganya.

Kekhawatiran kedua terkait dengan regulasi. Pelaksanaan vaksinasi mandiri harus dilaksanakan dengan skema yang jelas dan akan mengganggu perencaan program vaksinasi yang telah di susun pemerintah. Tentunya harus seiring sejalan antara pemerintah dan swasta.

Disisi lain program vaksinasi mandiri akan membantu pemerintah dalam mempercepat target vaksinasi nasional. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendukung gagasan vaksinasi mandiri yang diinisiasi Kadin. Menurutnya kalau ekonomi mau cepat beres maka kita semua harus cepat beres di program vaksin.

Munurut rilis data BPS Jabar struktur perekonomian Jawa Barat tahun 2020 masih didominasi oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar 41,19 persen. Dari sisi laju pertumbuhan kategori ini minus 4,22 persen dibanding tahun sebelumnya. Penurunan ini tentu sebagai dampak dari pandemi Covid-19.

Dengan adanya pandemi tidak hanya masalah kesehatan yang timbul, namun semua aspek dalam kehidupan ikut terdampak termasuk perekonomian. Perekonomian terus menurun sejak diberlakukannya pembatasan aktivitas masyarakat. Terlihat dari pertumbuhan ekonomi Jabar yang terus terkontraksi sampai akhir tahun 2020.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2020 terkontraksi menjadi 2,44 persen menurun dibanding tahun 2019 yang sebesar 5,07 persen.

Pandemi menyebabkan permintaan ekspor produk industri merosot, demikian juga permintaan domestik. Hal ini ditandai dari terkontraksinya ekspor dan turunnya konsumsi rumah tangga termasuk melemahnya impor bahan baku industri.

Penurunan tersebut juga berdampak pada dinamika ketenagakerjaan di Indonesia. Tidak hanya pengangguran, penduduk usia kerja lainnya juga turut terdampak dengan adanya pandemi Covid-19.

Data Sakernas Agustus 2020 menunjukan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Jawa Barat mengalami penurunan sebesar 0,46 persen poin dari 64,99 persen pada Agustus 2019 menjadi 64,53 persen pada Agustus 2020. Dalam setahun terakhir, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) naik menjadi 10,46 persen pada Agustus 2020 dari 8,04 pada tahun sebelumnya.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga juga menurun akibat penurunan daya beli masyarakat cukup signifikan. Adanya pengurangan jam kerja dan PHK menyebabkan 6,36 juta orang penduduk usia kerja terdampak kebijakan perusahaan.

Vaksinasi dilakukan untuk menciptakan kekebalan komunal. Meski demikian, vaksinasi tetap harus diikuti dengan peningkatan testing, tracing dan treatment atau 3T. Harapannya vaksinasi yang tengah berjalan dapat mendorong pemulihan pandemi dan pemulihan ekonomi di tahun 2021 ini.

Beberapa waktu lalu pakar dan epideminolog mengkritik cara penanganan wabah covid yang dilakukan pemerintah sejauh ini. Rendahnya test rate yang dilakukan pemerintah jadi salah satu penyebab virus ini sulit terdeteksi. Ideal minimalnya adalah satu banding seribu. Sehingga untuk jumlah penduduk 270 juta maka jumlah ambang batas minimal yang di test idealnya adalah 270 orang per pekan, masih jauh sangat rendah dengan jumlah capaian data yang sudah di test sampai saat ini.

Kita perlu belajar banyak dari negara lain yang telah berhasil mengerem laju penyebaran Covid-19. India salah satunya yang telah berhasil mengendalikan pandemi ini.

India adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia. Dengan jumlah populasi manusia yang mencapai 1,3 miliar mereka mampu melakukan testing Covid-19 secara masif. Jumlah testing di India mencapai 197 juta dari jumlah penduduk.

PM India Narendra Modi saat masih di bulan Agustus tahun lalu menjelaskan satu-satunya cara mengendalikan pandemi adalah menaikkan rasio tracing. Dan langkah tersebut terbukti membuahkan hasil.

Berdasarkan data Worldometers, dengan total populasi di India yang miliaran orang, kini kasus aktif sudah turun di angka 169 ribu orang dari sebelumnya pada bulan September 2020 sempat mencatat 193 ribu kasus per hari. Sedangkan di Indonesia, dengan penduduk seperlima jauh lebih sedikit dari India, total kasus aktif melebihi India yakni 175 ribu kasus.

Harapannya dengan percepatan program vaksinasi kondisi perekonomian segera bangkit dari keterpurukan.

 

*) Dimuat di HU Radar Cianjur edisi 18 Februari 2021

Oleh : Warji Permana, SE

  Koordinator Fungsi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Kabupaten Cianjur

 

Tuesday, February 09, 2021

Akselerasi Peningkatan IPM Cianjur


Kamis 28 Januari 2021 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur menggelar Lokakarya Peningkatan Akselerasi IPM Cianjur di Kantor BJB Cabang Cianjur. 

Menurut Kepala Dinas Pendidikan, Himam Haris, kegiatan dimaksud untuk mencari solusi permasalahan IPM di Kabupaten Cianjur.

Pemkab Cianjur telah menargetkan mutu dan kualitas pendidikan untuk empat tahun kedepan (2021-2025).

Sebagaimana diketahui diawal Januari lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis angka IPM tahun 2020.

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standard hidup layak (decent standard of living).

Dampak Pandemi Covid-19

Kita akui pandemi COVID-19 berdampak terhadap semua sektor. Tidak hanya sektor kesehatan pandemi juga berimbas terhadap sektor ekonomi.

Pun demikian halnya terhadap pembangunan manusia di Kabupaten Cianjur. Hal ini terlihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2020 yang terkonstaksi dibanding tahun sebelumnya. IPM Cianjur tahun 2020 adalah sebesar 65,36 atau turun 0,02 poin dibandingkan capaian tahun sebelumnya yang sebesar 65,38. Namun masih dalam kategori IPM sedang.

Penurunan pertumbuhan IPM tahun 2020 sangat dipengaruhi oleh turunnya rata-rata pengeluaran per kapita sebagai dampak pandemi covid-19. Indikator ini turun dari 8,29 juta rupiah (perkapita pertahun) pada tahun 2019 menjadi 7,98 juta rupiah pada tahun 2020.

Artinya pada tahun 2020 masyarakat Cianjur memenuhi kebutuhan hidup dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebesar 7,98 juta rupiah per tahun, mengalami penurunan 310 ribu rupiah dibandingkan tahun sebelumnya.

Cianjur bukan satu satunya daerah yang mengalami penurunan pengeluaran perkapita. Semua kabupaten/kota mengalami hal yang sama akibat menurunnya daya beli.

Meskipun dari sisi pengeluaran per kapita masyarakat mengalami penurunan, namun dari sisi kualitas kesehatan dan pendidikan di Kabupaten Cianjur justru mengalami peningkatan.

Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.

Dari sisi pendidikan, pada tahun 2020 anak-anak berusia 7 tahun di Cianjur memiliki harapan dapat menikmati pendidikan selama 11,99 tahun atau hampir setara dengan lamanya waktu untuk menamatkan pendidikan hingga kelas 3 SMA. Angka ini meningkat 0,01 dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,98.

Selain itu, rata-rata lama sekolah penduduk umur 25 tahun ke atas juga meningkat 0,21 tahun, dari 6,97 tahun pada tahun 2019 menjadi 7,18 tahun pada tahun 2020. Artinya penduduk Cianjur usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 7,18 tahun (hampir setara dengan masa pendidikan untuk mencapai jenjang kelas 7), lebih lama 0,21 tahun dibandingkan tahun sebelumnya.

Komponen Rata-rata Lama Sekolah merupakan komponen yang peningkatannya paling signifikan. Hal ini tentunya tidak lepas dari program-program pemerintah daerah yang telah dijalankan yang salah satunya adalah menggalakan pendirian KBM guna memberikan kesempatan akses pendidikan bagi warga yang putus sekolah.

Kerjasama dengan pesantren dalam menggalakan pendidikan pendidikan formal disamping pendidikan agama dirasa cukup efektif guna mendongkrak komponen peningkatan rata-rata lama sekolah. Mengingat jumlah pesantren di Cianjur cukup banyak.

Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Usia Harapan Hidup saat lahir (UHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup. Dari sisi kesehatan, bayi yang lahir pada tahun 2020 di Cianjur memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 70,13 tahun, lebih lama 0,22 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir pada tahun sebelumnya.

            
            Kebijakan Pembangunan    
            Manusia

        Melalui pemahaman konsep pembangunan manusia, penting kiranya bagi para perencana pembangunan untuk melihat permasalahan pembangunan secara komprehensif, sehingga dapat merumuskan kebijakan yang tepat untuk menyelenggarakan pembangunan manusia di Cianjur.

       Kebijakan yang tepat dalam pembangunan manusia, dapat disusun dari mulai proses perencanaan pembangunan yang berorientasi pada peningkatan IPM.

        Setiap program pembangunan fisik dan infrastruktur seperti fasilitas kesehatan, ekonomi, pendidikan agar mengarah pada peningkatan pembangunan manusia di Kabupaten Cianjur.

       Setiap penduduk harus ditingkatkan kemampuannya untuk dapat menciptakan pekerjaan dan atau sumber-sumber pendapatan untuk dapat hidup layak. Pemkab dalam hal ini dapat menciptakan iklim yang kondusif guna mendukung upaya tersebut. Berkaitan dengan ini, pendidikan (formal maupun non formal) dan kesehatan menjadi aspek penting perlu terus mendapatkan prioritas.

        Setiap penduduk idealnya memiliki kesempatan yang sama dan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan fasilitas kesehatan. Pemberian akses terhadap sumberdaya ekonomi dan sosial harus berkesinambungan. Tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi mendatang. **

           Dimuat di HU Radar Cianjur Edisi 11 Februari 2021

Warji Permana

Statistisi dan Pemerhati Masalah Sosial

--------------------------------------------------

Sunday, February 07, 2021

Seribu Jurus Menangkal Corona


Peningkatan corona setiap harinya terus bertambah. Segala upaya telah dilakukan pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah. Namun alih-alih mengurangi dampak nyatanya malah terus bertambah kasus aktif setiap harinya. Kasus aktif covid-19 Indonesia saat ini sudah mencapai 175 ribu lebih.

Angka ini membuat Indonesia menjadi negara dengan kasus aktif tertinggi di Asia, bahkan melebihi India. Mirisnya kasus aktif tertinggi itu didapat Indonesia dengan jumlah tes yang rendah 33.743 tes per 1 juta penduduk. Sampai hari terakhir tembus 111 juta kasus positif.

Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan virus tersebut semakin liar? Padahal segala upaya telah dilakukan. Apakah ada yang kurang pas dalam hal pengelolaan wabah ini. Koordinasi kurang efektifkah? Atau komando tidak terpusat? Bahkan Presiden Joko Widodo pernah mengkritik kebijakan PPKM yang dinilainya tidak efektif di masyarakat.

Seperti kita ketahui saat ini kepala daerah berkreasi dan memutar otak dengan caranya masing-masing untuk bisa mencegah bertambahnya kasus ini. Tentunya tetap menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah pusat soal PPKM. Seperti contoh kebijakan Jateng di rumah saja yang di terapkan di Jawa Tengah atau kebijakan ganjil genap yang diterapkan di Kota Bogor.

Beberapa pakar dan epideminolog mengkritik cara penanganan wabah covid yang dilakukan pemerintah sejauh ini. Rendahnya test rate yang dilakukan pemerintah jadi salah satu penyebab virus ini sulit terdeteksi. Ideal minimalnya adalah satu banding seribu. Sehingga untuk jumlah penduduk 270 juta maka jumlah ambang batas minimal yang di test sebanyak 270 orang per pekan, masih jauh sangat rendah dengan jumlah data yang sudah di test saat ini.

India adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia. Dengan jumlah populasi manusia yang mencapai 1,3 miliar, mereka mampu melakukan testing Covid-19 secara masif. Jumlah testing di India mencapai 197 juta dari jumlah penduduk.

Lalu bagaimana dengan di Indonesia dengan negara yang memiliki populasi 275 juta? Jumlah testing di negara kita baru 9 juta tes.

Dikutip dari harian Jawa Pos Edisi 31 Januari 2021, berdasarkan data Worldometers, dengan total populasi di India yang miliaran orang, kini kasus aktif sudah turun di angka 169 ribu orang dari sebelumnya pada bulan September 2020 sempat mencatat 193 ribu kasus per hari. Sedangkan di Indonesia, dengan penduduk seperlima jauh lebih sedikit dari India, total kasus aktif melebihi India yakni 175 ribu kasus.

Yang kedua terkait data kasus yang di nilai kurang transparan. Sehingga abai terhadap kewaspadaan mengenai traking gejala wabah. PM India Narendra Modi saat bulan Agustus menjelaskan satu-satunya cara mengendalikan pandemi adalah menaikkan rasio tracing.

Ketiga terkait edukasi dan sosialisasi dimasyarakat. Orang yang positif covid biasanya terkesan dikucilkan. Akibatnya ketika terjadi gejala yang menimpa seseorang maka orang orang tersebut cenderung menutup-nutupi karena takut dianggap aib. Bisa jadi masyarakat sendiri tidak terbuka soal ini.

Kemudian perilaku masyarakat. Banyak yang masih abai soal prokes apalagi kebiasaan berlibur dan jalan-jalan yang sulit dicegah. Lihat saja pelajaran beberapa waktu lalu. Kasus baru positif melonjak setelah adanya libur panjang.

Pilihan Sulit

Dari awal pemerintah dihadapkan pada pilihan sulit. Mana yang harus diutamakan apakah kesehatan atau ekonomi sehingga penanganan kasus terkesan moderat dengan memberi ruang gerak untuk kegiatan ekonomi. Masyarakat masih boleh melakukan aktivitas kegiatan di luar rumah dengan acuan adaptasi kebiasaan baru.

Toh nyatanya pertumbuhan ekonomi tahun 2020 bertengger pada posisi minus 2,07 persen. Seperti yang disampaikan Kepala BPS, Suhariyanto dalam press release pertumbuhan ekonomi tanggal 5 Februari di Jakarta. Meskipun keadaan triwulan empat sedikit membaik dibandingkan keadaan triwulan sebelumnya. Intervensi dana bansos covid cukup efektif memperbaiki keterpurukan.

Namun perlu di evaluasi lagi dalam mekanisme penyalurannya. Dana pemerintah yang cukup besar digelontorkan untuk penanganan covid-19 mungkin harus lebih tertata dalam penyalurannya. Jangan sampai distribusi bantuan tersebut justru malah membuat kerumunan-kerumunan baru di tempat-tempat penyaluran bantuan seperti kantor pos, BRI dan unit penyalur lainnya karena antrian penerima yang cukup banyak. **

 

 

Warji Permana

Statistisi dan Pemerhati Masalah Sosial

Monday, January 11, 2021

IPM Cianjur 2020



Pandemi COVID-19 berdampak terhadap semua sektor. Tidak hanya sektor kesehatan pandemi juga berimbas terhadap sektor ekonomi.

Pun demikian halnya terhadap pembangunan manusia di Kabupaten Cianjur. Hal ini terlihat dari penurunan pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2020 dibanding tahun sebelumnya. IPM Cianjur tahun 2020 adalah sebesar 65,36 atau turun 0,02 poin dibandingkan capaian tahun sebelumnya yang sebesar 65,38.

Penurunan pertumbuhan IPM tahun 2020 sangat dipengaruhi oleh turunnya rata-rata pengeluaran per kapita. Indikator ini turun dari 8,29 juta rupiah (perkapita pertahun) pada tahun 2019 menjadi 7,98 juta rupiah pada tahun 2020.

Pada tahun 2020 masyarakat Cianjur memenuhi kebutuhan hidup dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebesar 7,98 juta rupiah per tahun, mengalami penurunan 310 ribu rupiah dibandingkan tahun sebelumnya.

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standard hidup layak (decent standard of living).

Tabel 1.  Perkembangan IPM Kabupaten Cianjur

Komponen IPM

2016

2017

2018

2019

2020

Umur Harapan Hidup (thn)

69,39

69,49

69,7

69,91

70,13

Rata2 Lama Sekolah (thn)

6,61

6,92

6,93

6,97

7,18

Harapan lama sekolah (thn)

11,88

11,89

11,9

11,98

11,99

Pengeluaran perkapita (Ribu Rp)

7.074

7.300

7.874

8.290

7.980

IPM

62,92

63,70

64,62

65,38

65,36

Sumber : BPS Kabupaten Cianjur

Meskipun dari sisi pengeluaran per kapita masyarakat Cianjur mengalami penurunan, namun dari sisi kualitas kesehatan dan pendidikan mengalami peningkatan.

Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.

Dari sisi pendidikan, pada tahun 2020 anak-anak berusia 7 tahun di Cianjur memiliki harapan dapat menikmati pendidikan selama 11,99 tahun atau hampir setara dengan lamanya waktu untuk menamatkan pendidikan hingga kelas 3 SMA. Angka ini meningkat 0,01 tahun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,98 tahun.

Selain itu, rata-rata lama sekolah penduduk umur 25 tahun ke atas juga meningkat 0,21 tahun, dari 6,97 tahun pada tahun 2019 menjadi 7,18 tahun pada tahun 2020. Artinya penduduk Cianjur usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 7,18 tahun (hampir setara dengan masa pendidikan untuk mencapai jenjang kelas 7), lebih lama 0,21 tahun dibandingkan tahun sebelumnya.

Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Usia Harapan Hidup saat lahir (UHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup. Dari sisi kesehatan, bayi yang lahir pada tahun 2020 di Cianjur memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 70,13 tahun, lebih lama 0,22 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir pada tahun sebelumnya.

Capaian pembangunan manusia di suatu wilayah pada waktu tertentu dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok. Pengelompokan ini bertujuan untuk mengorganisasikan wilayah- wilayah menjadi kelompok-kelompok yang sama dalam hal pembangunan manusia.

1. Kelompok sangat tinggi”: IPM ≥ 80

2. Kelompok “tinggi”: 70 ≤ IPM < 80

3. Kelompok sedang”: 60 ≤ IPM < 70

4. Kelompok rendah IPM < 60

           

Jika melihat angka IPM Cianjur yang sebesar 65,36 poin, maka Cianjur  termasuk kabupaten dengan kategori IPM sedang. Dan secara  peringkat masih terendah di Jawa Barat.


 

Sumber : BPS Kabupaten Cianjur

 

** Warji Permana **

Statistisi dan Pemerhati Masalah Sosial