Showing posts with label Wisata Alam. Show all posts
Showing posts with label Wisata Alam. Show all posts

Wednesday, September 12, 2018

WISATA POHON MIRING DESA PANCAWATI KARAWANG



Satu lagi tempat wisata dadakan yang viral melalui medsos. Adalah pohon miring pancawati yang berlokasi di Desa Pancawati, Karawang. Menjadi viral di dunia maya dari banyaknya postingan yang menggambarkan keunikan tempat yang satu ini. Membuat orang penasaran dan ingin tahu lebih jauh apa sih pohon miring itu.
Keunikan pohon miring adalah karena deretan pohon tersebut melengkung membentuk seperti sebuah terowongan.
Pohon tersebut merupakan pohon lamtoro yang sudah lama tumbuh dan mulai menua usianya. Awalnya sengaja ditanam sebagai perindang tepian jalan. Lengkungan yang dibentuk oleh barisan pohon ini menghasilkan sebuah terowongan alami yang indah dan unik. Tidak heran kalau banyak orang-orang yang penasaran dengan tempat yang satu ini.
Keunikan lainnya adalah karena kerindangan pohon ini sehingga udara segarnya memberikan kenyamanan bagi pengunjung.
Di tempat ini pedagang sudah mulai banyak. Menjual beraneka macam jajanan mulai dari makanan ringan sampai makanan berat seperti bakso ada dijual ditempat ini. sama halnya dengan minuman, mulai minuman kemasan sampai es teh pun disediakan, jadi rasanya anda malah tidak perlu membawa makanan dari rumah.
Lokasi tempat wisata ini cukup mudah dijangkau karena tak jauh dari Jalan. A Yani Kosambi Cikampek. Tepatnya di pertigaan Cengkong, setelah Kantor Desa Pancawati belok kiri, setelah pintu perlintasan kereta sebelah kanan, disitulah lokasinya.
Tarif masuknya terbilang cukup murah. Anda tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam karena hanya dikenakan tarif parkir saja senilai Rp.5000,-. Areal parkirpun cukup luas. Di tempat ini juga sering ditampilkan kesenian tradisional odong-odong/sisingaan khas Karawang. Menambah semarak dan keramaian tempat wisata yang satu ini. ***


(Warji Permana)

Monday, September 10, 2018

JEMBATAN ECENG CIMAHI KARAWANG

   No comments     
categories: 
Di Desa Cimahi Kecamatan Klari tepatnya di dusun kompa terdapat jembatan unik yang membelah hamparan pohon eceng diatas danau. Jembatan yang melintas diatas danau bekas galian pasir tersebut awalnya berfungsi sebagai penghubung penyeberangan perahu menuju Ciampel. Menggunakan tumpuan Drum-drum yang diikat sebagai penyangga. Sehingga timbul sensasi tersendiri ketika kita melintasi jembatan tersebut.
Sebagian besar permukaan danau buatan tersebut dipenuhi enceng. Awalnya, danau tersebut merupakan galian pasir yang dikelola pihak swasta sejak tahun 1989 karena sudah tidak produktif lagi kemudian dibiarkan begitu saja hingga berubah bentuk menjadi danau. Kedalamannya kurang lebih 10 meter. 

Pada saat digelarnya Sea Games tahun 2011 dimana Situ Cipule menjadi salah satu venue dayung saat itu, banyak orang memanfaatkan jembatan ini sebagai penyeberangan menuju Cipule. Seiring kemajuan teknologi sosial media banyak orang memposting keindahan tempat ini sehingga menjadi viral di dunia maya sehingga mengundang rasa penasaran dari masyarakat.
Berangkat dari situlah Karang Taruna Desa Cimahi akhirnya berinisiatif memodifikasi tempat tersebut agar menjadi lebih menarik.
Setiap akhir pekan tempat ini banyak didatangi pengunjung. Tak hanya berselfie ria mereka juga ingin lebih mengenal tempat ini secara langsung tentunya. 

Ditengan jembatan tersedia warung makanan dengan menu khas sayur tutut. Tiket masuk pun terbilang cukup murah hanya dengan membayar Rp. 3000 per orang. ***

(Warji Permana)

Monday, March 27, 2017

KEBON KEMBANG CIKAMPEK

   No comments     
categories: 
Pembangunan sektor kehutanan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan kehutanan ditujukan guna memberikan dampak pada pemanfaatan sumberdaya hutan untuk pembangunan ekonomi, serta peningkatan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup, yang secara bersamaan akan memberikan kontribusi pada upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dan peningkatan kualitas lingkungan hidup. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek merupakan kawasan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk kepentingan penelitian dan pengembangan kehutanan. Pembentukan KHDTK merupakan amanat Undang-Undang no. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, yang mana pemerintah dapat menetapkan kawasan hutan tertentu untuk tujuan khusus yaitu: (a) penelitian dan pengembangan, (b) pendidikan dan latihan, serta (c) religi dan budaya. Dalam perkembangannya, KHDTK Cikampek tidak hanya sebagai tempat uji coba kegiatan penelitian bidang kehutanan, melainkan juga dimanfaatkan sebagai lokasi wisata bagi masyarakat.

Kawasan ini menjadi semakin berkembang setelah pada tahun 2006, kawasan ini digunakan sebagai lokasi syuting film laga yang menyebabkan banyak masyarakat setempat masuk untuk membuka warung-warung makanan dan minuman. Dinamika perkembangan pemanfaatan kawasan ini menuntut adanya respon dari pemerintah untuk mengelola kawasan agar lebih tertata dan memiliki manfaat yang lebih luas. Pada awal tahun 2012, Puslitbang Peningkatan Produktivitas Hutan sebagai pengelola kawasan, telah mewacanakan pengembangan wisata alam dan pendidikan lingkungan di KHDTK Cikampek. Pengembangan sektor wisata selain untuk menata kawasan juga diharapkan dapat membawa dampak yang luas terhadap perekonomian di suatu daerah. Hal ini dinyatakan oleh Goeldner dalam Gufron (2009:5), bahwa pariwisata adalah suatu usaha ekonomi potensial dan sebagai pembangkit perekonomian suatu kota, propinsi, kabupaten, atau daerah tujuan wisatawan, dari pengeluaran mereka. Wisata alam menjadi pilihan utama dalam pengembangan wisata di KHDTK Cikampek, karena diyakini memiliki dampak yang kecil bagi lingkungan. Berbeda dengan wisata massal yang seringkali aktivitas wisatanya merugikan bagi ekosistem lokasi wisata, ekowisata berkontribusi dalam membangun kesadaran konservasi lewat pendidikan.

Banyak warga sekitar maupun warga yang berasal dari  luar daerah berkunjung untuk menikmati suasana yang sejuk dan segar tersebut. Terutama ketika akhir pekan atau hari libur telah tiba.Hutan penelitian Cikampek atau yang lebih populer dengan sebutan Kebon Kembang merupakan sebuah hutan lindung yang terletak di Desa Cikampek Timur. Lokasinya tidak begitu jauh dari Pasar dan Terminal Cikampek. Yang menjadi daya tarik dari kebon kembang ini adalah kesejukan dan kesegaran dari kawasan tersebut. Selain itu, tempatnya berada di dekat pemukiman penduduk. Hutan Penelitian ini atau yang lebih spesifik di sebut Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDT) ini merupakan salah satu hutan buatan selain KHDTK Carita, KHDTK Yanlapa, dan KHDTK Haurbentes.

Seiring dengan berkembangnya Iptek, fungsi KHDTK yang awalnya bertujuan sebagai lokasi khusus penelitian dan pengembangan telah berkembang sebagai sumber benih dan plasma nutfah, tempat kegiatan pendidikan dan latihan, penangkaran satwa, koleksi jenis, obyek wisata ilmiah/wisata alam, dan lain-lain..

KHDTK Cikampek dibangun pada tahun 1937 seluas 51,1 ha dan terdapat 172 petak dimana setiap petak luasnya ± 0,25 ha. Ketinggian tempat ini adalah 50 m dpl, curah hujan 1.796 mm/th (tipe iklim C), secara umum datar sampai bergelombang ringan dengan lereng rata-rata kurang dari 9%, serta letak geografis : 06025’00” - 06025’48” LS dan 107027’36” - 107027’50” BT.Hasil inventarisasi pada tahun 2009, terdapat jenis introduksi sebanyak 61 jenis yang terdiri dari 3 jenis famili Dipterocarpa, 57 jenis non Dipterocarpa, dan 1 jenis bambu. 28 jenis exotik (penyebaranya alaminya dari luar Indonesia) dan 33 jenis asli Indonesia.


KHDTK Cikampek berbatasan dengan Desa Cikampek Timur, Desa Cikampek Pusaka, Desa Sarimulya, dan Desa Kamojing, Kecamatan Cikampek Kabupaten Karawang serta Desa Cinangka Kecamatan Cempaka, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Sedangkan status hukum penunjukan sebagai KHDTK Cikampek sesuai SK Menhut No. 306/Kpts-II/2003.Sarana dan prasarana yang dimiliki antara lain jalan kabupaten dengan cor beton sepanjang 1.260 m lebar 5 m yang dibangun dari anggaran Pemda Kabupaten Karawang tahun 2014. Jalan ini membelah KHDTK Cikampek dan arus lalu lintasnya sangat padat. Terdapat  rumah dinas petugas lapangan, gapura, dan 1 pusat informasi KHDTK Cikampek.

Warji Permana

Sumber : Dari berbagai literatur.

Friday, March 24, 2017

SITU CIPULE KARAWANG

   No comments     
categories: 
Situ Cipule adalah danau buatan yang terletak di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel, Karawang, Jawa Barat. Awalnya Situ Cipule merupakan bekas Galian C (galian pasir). Setelah bahan galian habis, lahan tersebut menjadi genangan dengan luas ±75 Ha dan daratan ±27 Ha, sehingga luas keseluruhan aset 97 Ha. Pada 10 November 2011, danau ini digunakan sebagai arena dayung untuk SEA Games 2011.
Keindahan Situ Cipule memang banyak menarik perhatian wisatawan. Danau ini berjarak sekitar 20 kilometer dari Kota Karawang. Danau ini luasnya sekitar 97 hektar dengan kedalaman mencapai 20 meter. Untuk tiket masuk ke tempat wisata alam ini pun tidak menguras kantong.
Selain pernah jadi venue cabang olahraga dayung pada PON XIX Jabar, tempai ini juga digunakan sebagai tempat Pekan Olah Raga (Porda Jabar) dan Asian Games 2018 mendatang.
Danau yang juga berada di pinggiran sungai Citarum ini memiliki beberapa fasilitas umum yang menarik bagi pengunjung seperti permainan air maupun kuliner yang tersedia di sana. Seperti halnya Situ Patenggang di Ciwidey, Kab. Bandung, di Situ Cipule pun terdapat pulau di tengah danau yang disebut dengan "Pulau Cinta". Bila debit air di Danau Cipule sedang tinggi atau naik, maka Pulau Cinta biasanya tergenang air. Maka, tidak setiap saat pengunjung dapat menikmati Pulau Cinta yang ada di Danau Cipule.Pulau Cinta memiliki luas 2.000 meter persegi yang bisa dijangkau dengan menaiki perahu selama sekitar 5 menit. Fasilitas yang ada di pulau ini ada saung bambu beratap rumbia yang menghadap ke danau, area bermain anak-anak, juga warung-warung yang menyajikan aneka camilan.
Di Pulau Cinta terdapat beberapa fasilitas yang bisa digunakan para wisatawan untuk menikmati pemandangan dan suasana Danau Cipule. Fasilitas tersebut antara lain sebuah saung bambu serta warung-warung sederhana yang menjual berbagai jajanan. Tidak banyak informasi mengenai asal-usul pulau tersebut. Yang jelas, keberadaannya membuat Danau Cipule menjadi semakin menarik.
Keberadaan Danau Cipule juga sangat bermanfaat untuk warga sekitar di Karawang. Aliran air dari Danau Cipule mampu membantu warga untuk mengairi persawahan maupun perkebunan warga. Selain itu ikan-ikan yang tidak ada habisnya di Danau Cipule juga menjadikannya tempat favorit bagi warga yang memancing.

Rute ke Situ Cipule adalah jika menggunakan tol, disarankan keluar gerbang tol Karawang Timur yang exit Kawasan Industri. Jangan mengambil jalur  keluar tol Karawang Timur karena akan keluar ke Klari. Karena  jika lewat Klari jalannya lebih jauh dan harus memutar melalui bendungan walahar. Setelah keluar dari pintu Karawang Timur kawasan industri sekitar 200 meter akan menjumpai perempatan kawasan industri Suryacipta lalu belok ke kiri. Kemudian lurus saja jalan di pinggir Tarum barat kurang lebih 5 Km, lalu belok kiri lagi menuju lokasi Situ Cipule.
Akses lainnya jika jalan biasa, dari arah Curug atau Purwakarta. Dari Purwakarta lurus menuju Curug-Karawang. Setelah sampai komplek POJ Curug belok ke kiri masuk ke komplek perumahan POJ, menyeberangi jembatan pintu air Curug, ikuti jalan di pinggir irigasi Tarum Barat. Kurang lebih 2 Km belok kanan ke arah jalan yang akan menuju Situ Cipule.

Warji Permana
***************



Monday, March 20, 2017

PUNCAK SEMPUR KARAWANG

   1 comment     
categories: 
Karawang ternyata punya satu destinasi alami yang pemandangannya sangat indah. Puncak Sempur, jadi lokasi yang pantang dilewatkan bila liburan akhir pekan ke Karawang. Puncak Sempur merupakan destinasi terbaru di Karawang yang menghadirkan sebuah keindahan yang selama ini tersembunyi.
Kalau mendengar Kota Karawang pasti yang terpikir penghasil beras atau Kawasan Industri. Namun ternyata, ada kecantikan alam tersembunyi di Karawang yaitu Puncak Gunung Sempur. Pegunungan yang cantik dan hijau ini bisa membuat pikiran jadi segar kembali.
Dengan luas 300 hektar, Puncak Sempur memiliki peranan penting sebagai wilayah kantung air bagi warga Karawang dengan mata air yang mengalir melalui sungai Cibeet dan Citarum. Keberadaan pepohonan di Puncak Sempur juga dapat menjadi wilayah resapan air yang menjaga masyarakat sekitar dari bencana banjir.

Menuju Puncak Sempur tak perlu ragu akan tersasar. Rutenya cukup mudah karena jalan besar hanya satu dan di setiap pertigaan terdapat papan petunjuk. Jalanan juga termasuk sudah baik hanya perlu hati-hati sering ada perbaikan jalan. Setelah sampai di puncak akan ada pos pemberhentian untuk parkir. 
Gunung ini terletak di Daerah Loji, Kabupaten Karawang. Rute yang ditempuh yaitu sekitar 1 jam dari Kota Karawang melewati jalur Badami menuju Pasar Loji. Sampai di pertigaan Pasar Loji akan ada papan petunjuk.

Ambil jalur kanan ikuti papan petunjuk menuju Wisata Gunung Sangga Buana, kemudian belok kiri setelah ada papan petunjuk Wisata Gunung Sangga Buana. Ikuti jalan yang berkelok- kelok dan naik turun.
Setelah sampai tempat wisata Sangga Buana, kita masih harus naik lagi ke atas, karena puncak Sempur berada di ujung. Walaupun ketinggiannya hanya sekitar 712 mdpl, tapi buat yang suka petualangan cocok sekali dan pemandangan dari puncak ini cocok buat mengobati kepenatan habis bekerja.
Di atas Puncak Sempur motor dan mobil akan berakhir di sebuah lahan parkir yang cukup luas. Di sini terdapat sejumlah warung yang bisa dijadikan lokasi istirahat. Aula pun disediakan untuk bermalam. Jika ingin nyaman, sudah ada penyewaan villa dengan beragam bentuk dan biaya. Untuk mereka yang berjiwa petualang, banyak yang mendirikan tenda untuk kemping di sini.

Biaya parkir Rp 5.000 untuk motor dan Rp 10.000 untuk mobil. Sedangkan untuk masuk ke kawasan puncak, Anda harus membayar lagi Rp 10.000 per orang.
Lokasi ini sering dijadikan tempat camping ataupun acara gathering dan tentunya bagi anda yang suka berselfie di atas puncak.  Banyak muda-mudi yang datang di siang hari, lebih baik datang lebih pagi, karena udara masih segar dan pemandangan jauh lebih asri.


Hebatnya, pengunjung tidak perlu repot membawa peralatan kemping, karena di lokasi puncak, pengelola juga menyediakan alat kemping yang bisa disewa dengan harga yang relatif murah. Begitupun soal makanan, di lokasi puncak kini sudah berdiri warung-warung kecil milik warga setempat untuk sekedar mengganjal perut para pengunjung ketika lapar.

Diatas ketinggian kita bisa menikmati udara dingin juga sejuk, membuat kita betah berlama-lama berada di Puncak Sempur ini.  Dari puncak ini juga bisa melihat Kota Bogor dan Cianjur.
Namun tempat sebagus ini masih butuh perhatian Pemda setempat karena jalanan yang masih belum semua di aspal, dan kurangnya tempat sampah. 

Sunday, March 19, 2017

SITU KAMOJING KARAWANG

   No comments     
categories: 
SITU KAMOJING adalah salah satu situ kebanggaan warga Karawang dan Purwakarta. Situ Kamojing adalah situ dibawah pengelolaan Perum Jasa Tirta II, dibangun pada tahun 1912 dengan luas areal 62,762 Ha, Ketinggian normal kurang lebih 48,60, ketinggian maksimal 50,00 dan ketinggian minimal 44,50. Situ Kamojing merupakan tempat yang cukup eksotis yang ada di perbatasan ke-2 kabupaten ini. Situ yang lokasinya di Desa Kamojing, Kecamatan Cikampek,  ini berbatasan langsung dengan Desa Cinangka Kabupaten Purwakarta. Situ ini menawarkan pesona alam serta potensi wisata yang menjanjikan.
Ketinggian air di situ ini sangat dipengaruhi kondisi alam. Di musim hujan air situ bisa meluap bahkan sampai keatas jalan, tetapi di musim kemarau air situ ini surut sehingga kerap juga digunakan warga setempat sebagai lahan untuk bercocok tanam.
Bila dilihat dari infrastuktur dan fasilitas yang ada, situ ini begitu umum, bahkan juga belum dijadikan obyek wisata komersil. Tidak ada pengelolaan secara khusus sebagai tempat wisata, apalagi pengenaan tiket masuk.
Sifatnya yang alami membuat  orang-orang tertarik untuk memadati tepian situ, mulai dari berolahraga atau sekedar melepas kepenatan semata. Terlebih di sore hari, sesaat sebelum matahari tenggelam tempat ini menawarkan panorama yang indah. Dengan pantulan cahaya matahari yang menerpa permukaan air situ.
Mitos yang beredar hingga saat ini,  konon situ ini ditempati oleh Buaya Buntung. Mitos yang telah mengakar pada warga setempat yang kebenarannya pastinya tak dapat diterima dengan akal sehat. Namun sebagai pertanda kalau di daerah ini mengandung paham berbentuk buhun bahkan mistis yang begitu kental.
Menurut perkiraan kedalaman situ ini sekitar pada 14 sampai 10 meter.  Tetapi tak ada info resmi mengenai kedalaman ini namun pengunjung tetap harus berhati-hati.
SSitu kamojing memiliki dua pintu air yang terletak di sebelah kiri dan kanannya yang berfungsi untuk mengatur debit air dan mendistribusikan airnya kesawah-sawah petani. 

Situ Kamojing merupakan sebuah danau buatan yang berfungsi sebagai sarana irigasi untuk pendistribusian air ke areal pesawahan. Situ Kamojing posisinya ± 8 Km dari gerbang tol Cikampek, keluar dari gerbang tol Cikampek belok kiri jalan terus setelah ± 10 m belok kiri lagi selanjutnya ikuti jalur jalan yang ada. 

Situ kamojing memiliki luas 62 HA dengan luas yang diairi 12,5 HA. Elevasi air diwaktu banjir bisa mencapai + 49,50, diwaktu normal + 48,60, dan diwaktu minimum + 44,50.

Warji Permana
Dari berbagai literatur

Friday, March 10, 2017

GREEN CANYON KARAWANG

   1 comment     
categories: 
Salah satu destinasi wisata di Karawang yang sedang ramai dibicarakan di media sosial saat ini adalah Green Canyon. Sebuah tempat wisata di Karawang yang keindahan dan keasriannya dapat memukau para pengunjung. Menjadikan salah satu tempat wisata alam Kabupaten Karawang ini ramai dikunjungi ketika libur akhir pekan.

Green Canyon Karawang berbentuk sebuah ngarai yang diapit bukit bebatuan dan rimbunnya pohon hijau alami, yang masih asri panoramanya, karena belum terlalu terekspos. Masuk ke area wisata ini dikenai tarif retribusi sebesar lima ribu rupiah untuk sepeda motor dan sepuluh ribu rupiah untuk mobil, sebagai pemasukan bagi desa setempat.

Pertama kali ditemukan tempat wisata ini hanya dikunjungi oleh warga sekitar saja, namun seiring berkembangnya jaman dan makin mudahnya informasi tersebar, Green Canyon Karawang menjadi terkenal dan keberadaannya kini telah diketahui banyak orang hingga luar Karawang.

Green Canyon Karawang tidak cukup panjang, hanya sekitar 100 meter saja. Dengan tebing-tebing yang ditumbuhi lumut serta rimbun pohon semakin asri dan sejut, cocok dijadikan tempat bersantai di akhir pekan dan bagi anda yang punya hobi berenang. Jika anda ingin menyusuri sungai sepanjang 100 meter ini bisa dengan berjalan atau berenang, akan tetapi sebaiknya menyewa ban atau pelampung yang telah disediakan oleh petugas jaga.

Menikmati sejuknya air sungai Green Canyon saja tidak cukup, lebih lengkap lagi rasanya sambil bersantai sejenak di akar-akar pohon besar yang ada dipinggiran sungai, sambil menikmati jagung bakar dan segelas kopi.

Untuk menuju lokasi wisata Green Canyon, sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi saja, karena saat ini bias dikatakan tidak ada kendaraan umum dan hanya tersedia ojek dari pasar loji .

Waktu tempuh kira-kira 2 jam perjalanan dari kota Karawang jika menggunakan kendaraan pribadi. Jika kondisi hujan sebainya berhati-hati karena jalan yang sempit, turun naik, berkelok dan dua arah.
Alamat lokasi Green Canyon Karawang berada di Kampung Tonjong Roke, Desa Medal Sari, Kecamatan Pangkalan, Loji, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sebuah lokasi paling ujung selatan Kabupaten Karawang yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor.
Keberadaan wisata alam ini seolah menjadi pelengkap bagi Karawang ditengah perkembangan Karawang menuju kota industri. Tidak sampai disitu, jika kita kreatif mau menelusuri ke daerah-daerah lainnya banyak sekali terdapat destinasi wisata alam alami yang sangat layak untuk dikunjungi selain Green Canyon ini.

Rute lengkap menuju lokasi ini adalah jika dari pusat kota Karawang langsung ke arah tol Karawang Barat. Sebelum masuk gerbang tol tepatnya di Jembatan Badami, ambil arah kiri untuk berbelok ke kanan melewati kolong jembatan layang menuju  jalur Badami - Loji. Setelah beberapa puluh kilometer anda akan menemukan pasar Loji. Dari pertigaan pasar belok kanan ke arah Desa Wargasetra, Cigunungsari dan Medalsari sampai menemukan lokasi dimaksud.
Selintas memang sulit menemukan titik lokasi Green Canyon mini itu. Sebab minimnya petunjuk arah yang bisa didapat. Hanya saja, masyarakat sekitar yang tampak begitu ramah bisa memberi petunjuk lokasi yang dicari. Namun masyarakat setempat lebih popular menyebutnya sebagai Curug Ciomas.
Di dekat pintu masuk terdapat beberapa warung bambu dan lahan parkir yang sudah disediakan. Makanan siap saji ala masyarakat setempat dengan harga murah meriah bisa dinikmati, sebelum melintasi jalan setapak kira-kira sepanjang 20 meter menuju Green Canyon ini.
Harus ektra hati-hati melintasi jalan setapak itu. Jalan yang memang benar-benar setapak dengan pemandangan tebing curam.
Nah, untuk melintasi Green Canyon mini di Karawang ini, jangan bermimpi bisa menyewa perahu seperti pada Green Canyon di Ciamis. Fasilitas yang disediakan masyarakat desa sekitar hanya berupa ban dan pelampung untuk berenang. Sehingga, jika beniat melintasi kawasan itu berperahu, maka harus membawa sendiri perlengkapannya. Namun jenis perahu karet kecil tentunya, lantaran rute sejauh sekitar 100 meter di lokasi itu terbilang sempit dijepit bebatuan eksotis di sisi kiri kanannya.
Lain halnya  bagi Anda penggemar olah raga renang di alam,  Green Canyon mini Karawang ini layak untuk dicoba. Bahkan di ujung Green Canyon mini, Anda bisa bertemu air terjun setinggi sekitar 7 meter membasahi tubuh Anda.

Wednesday, October 12, 2016

Sejarah Curug Cigentis Karawang

   No comments     
categories: 
Curug Cigentis Terletak di Desa Mekar Buana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat. Berjarak 44 km dari pusat kota Karawang dan dapat dilalui dengan kendaraan roda empat atau roda dua dengan kondisi jalan cor beton dan beraspal.
Rute menuju lokasi Curug cigentis untuk kendaraan roda empat maupun roda dua adalah keluar/dari  tol Karawang Barat, belok kiri ke arah Badami, kemudian menyusuri jalan Badami – Loji sepanjang kurang lebih 40 km sampai ketemu pasar Loji. Dari pasar Loji belok kanan sampai ketemu Kampung Wisata (sekarang Kampung Turis-pen), terus naik sampai menemukan tempat parkiran atau penitipan kendaraan  karena lokasi jalan menanjak yang cukup curam tidak memungkinkan kendaraan untuk sampai ke atas sehingga harus dilanjutkan dengan berjalan kaki.
Curug Cigentis berada di ketinggian kurang lebih 1000 m di atas permukaan laut (dpl) dan memiliki ketinggian sekitar 25 meter dengan debit air yang dipengaruhi curah hujan turun di atas kawasan tersebut, bila musim kemarau panjang maka airnya seperti air pancuran.
Curug Cigentis ini adalah salah satu dari ke-7 tingkatan curug yang ada di Gunung Loji, dibawah kaki Gunung Sanggabuana yang termasuk wilayah pengelolaan hutan RPH Cigunungsari BKPH Purwakarta.  Adapun ke tujuh curug tersebut konon memiliki nilai sejarah berkumpulnya para wali pada jaman dahulu kala, namun yang boleh di kunjungi hanyalah satu curug, yaitu Curug Cigentis.  Ke enam curug lainnya tidak diperkenankan di singgahi karena beberapa alasan kuat diantaranya faktor alam yang masih terlalu rimba dan hanya orang-orang tertentu / orang yg berhati bersih dengan niat ibadah dan kuat bertahan dalam alam yang bisa mencapai curug yang paling atas.

Beberapa curug lain dapat di temui di sekitar lokasi ini, yaitu :

Curug Cipanundaan 
Curug Cipanundaan berada di kaki Gunung Sanggabuan dengan 3 (tiga) buah Curug jadi satu dalam satu areal seperti tangga.  Masing-masing tingkatan ini memiliki kolam penampungan. Akses jalan ke curug ini masih perawan dengan jalan setapak berliku-liku, naik turun dan melewati sungai yang berbatu besar.  Air terjun ini baru ditemukan oleh masyarakat setempat dan Team Expedisi Wisata Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang.  Wisata ke Curug Panundaan sangat berat dan menantang, namun panorama indah dan masih asli serta belum terjamah oleh tangan - tangan jahil, memberikan kesan yang tak akan terlupakan.  Lokasi : Desa Kutamaneuh, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang dengan jarak sekitar 42 km dari pusat kota Karawang.


Curug Bandung
Curug Bandung merupakan salah satu rangkaian 7 (tujuh) air terjun dalam satu aliran sungai.  Dimulai dari Curug Peuteuy, Curug Picung dan yang terbesar adalah Curug Bandung.  Curug ini juga berada dibawah kaki Gunung Sanggabuana, perjalanan menuju curug ini cukup berat yaitu dengan berjalan kaki sejauh 3 km.   Lokasi : Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang dengan jarak sekitar 42 km dari pusat kota Karawang.

Curug Cikarapyak
Curug Cikarapyak berada diatas Curug Cipanundaan. Perjalanan menuju curug ini sangat berat karena harus melalui jalan setapak menelusuri sungai berbatu, melipir tebing naik turun, menerabas semak belukar dan hutan belukar.  Lokasi : Desa Kutamaneuh, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang dengan jarak sekitar 42 km dari pusat kota Karawang.

Curug Cikoleangkak
Curug Cikoleangkak adalah air terjun terakhir, curug ini berada diatas Curug Cikarapyak dan Curug Cipanundaan.   Untuk mencapai air terjun ini perlu stamina fit dan keberanian untuk merambah hutan rimba.  Hal ini karena perjalanan menuju curug ini akan melintasi hutan rimba yang belum banyak dijamah oleh manusia.   Untuk menuju kesana harus melalui tebing padas, batu yang terjal dan jurang yang dalam, serta menerabas semak belukar.  Lokasi : Desa Kutamaneuh, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang dengan jarak sekitar 42 km dari pusat kota Karawang.

Legenda Curug Cigentis
Curug dalam basa (bahasa) Sunda berati Air Terjun. Sedangkan nama Cigentis (menurut legenda) adalah nama putri keraton yang pertama kali mandi di kolam yang terbentuk dari air terjun tersebut. Nama lengkapnya adalah Nu Geulis Nyi Geuntis. Konon dia adalah anggota pasukan khusus kerajaan Padjadjaran yang di utus oleh raja untuk mengawal atau lebih tepatnya ‘menguntit dan mengawasi’ aktivitas dakwah yang dilakukan oleh para wali di wilayah Padjadjaran, tapi kemudian malah menjadi orang pertama yang berikrar memeluk Islam di antara anggota kesatuannya.
Ceritanya, beberapa ratus tahun silam pasinggahan (sekarang Curug Cigentis) adalah hutan belantara yang kering dan kekurangan air, wilayah ini merupakan salah satu daerah kekuasaan Prabu Siliwangi yang bernama Prabu Sukma Rasa.
Bila dicermati dengan baik rasanya terlalu janggal bila hutan belantara dalam kondisi kering dan kekurangan air. Bagaimana mungkin tanaman akan tumbuh apalagi sampai menjadi hutan belantara bila kekurangan air. Legenda itu memberikan berita bahwa hutan di Gnung Sanggabuana sudah ada sejak beberapa ratus tahun silam. Walaupun mungkin belum ada aliran sungai yang kini membentuk Curug Cigentis.
Lalu siapakah itu “Prabu Siliwangi yang bernama Prabu Sukma Rasa”?. Ahli sejarah memang berbeda pendapat soal ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa Prabu Siliwangi itu hanya satu yakni Sri Baduga Maharaja. Sementara pendapat kedua mengatakan bahwa Prabu Siliwangi itu ada banyak karena itu adalah gelar bukan nama seseorang dan bukan hanya Sri Baduga Maharaja yang bergelar Siliwangi. Hanya saja, dari berbagai literasi sejarah yang ada tidak ditemukan nama Prabu Sukma Rasa diantara jejeran nama Raja Padjadjaran. Mungkin yang dimaksud adalah Raden Pamanah Rasa (karena ada kata “Rasa”) yang merupakan nama lain dari Sri Baduga Maharaja.
Pada masa penyebaran Islam di Pulau Jawa yang dilakukan oleh Wali Songo (Sembilan Wali), Curug Cigentis merupakan salah satu tempat yang disinggahi, daerah tersebut sebagian besar masyarakatnya beragama Hindu. Walaupun sebelumnya telah meminta ijin tetapi Prabu Siliwangi mempunyai kecurigaan kepada para Wali tersebut, dikhawatirkan akan merebut kekuasaan, untuk mengawasi gerak gerik Wali tersebut, Prabu SIliwangi tetap mengizinkan tetapi menyertakan pengawal yang sebenarnya telah di bai’at (doktrin) setia dengan alasan sebagai pengawal para Wali.”
Dalam legenda Curug Cigentis, hanya ada enam dari sembilan orang Wali yang dikisahkan legenda itu. Diketahui bahwa, agama masyarakat Sunda sesungguhnya adalah Agama Sunda Wiwitan bukan agama Hindu. Tapi bisa jadi di daerah Cigentis dimasa itu penduduknya beragama Hindu, jadi wajar bila kemudian para pengawal wali itu tak terlalu keberatan para wali berdakwah di sana, karena agama yang dianut warga Cigentis bukan agama mayoritas. Bila itu benar maka semestinya di sekitar Cigentis terdapat peninggalan era Hindu berupa candi atau lainnya. Yang ada saat ini disekitar Cigentis justru situs batu Tumpang tak jauh dari Curug Peteui yang lebih mirip sebagai peninggalan masa animis ataupun megalitikum.
Curug Cigentis pada masa itu merupakan daerah yang kering tidak ada air sama sekali, guna keperluan hidup dan beribadah para Wali berdo’a bermunajat memohon dengan penuh kepasrahan, ‘khusu’ serta penuh kesabaran, atas kekuasaan Allah Swt dari sebuah batu yang besar keluarlah air, membentuk sebuah air terjun (Curug). Orang orang yang berada di lokasi tersebut serentak merasa kaget, sekaligus kagum dan suka cita, tidak terkecuali para prajurit Prabu Siliwangi yang ditugaskan mengawal para Wali tersebut. Salah satu pengawal yang bernama “Nu Geulis Nyi Geuntis” secara spontan ‘berikrar’ masuk agama Islam. Karena beberapa hari tidak mandi dan kekurangan air, Nyi Geuntis sari sambil mengucapkan kalimat mengagungkan Tuhan (Allahu akbar 3x) langsung terjun dan mandi di Curug tersebut. Melihat hal itu, maka para Wali menamakan curug tersebut dengan “Curug Cigentis”
Sebenarnya para Wali, para pengawalnya dan orang orang yang mengikuti mereka itu, berkumpul dibagian mana sih?.  Di tempat yang kini jadi air terjunnya, atau di dekat batu besar yang mengeluarkan air?. Bila mereka berkumpul di dekat batu besar yang mengeluarkan air berarti lokasinya berada di bagian atas dari Curug Cigentis saat ini, berarti “Nu Geulis Nyi Geuntis” itu adalah pengawal sakti yang mampu terjun dari bagian atas curug setinggi lebih dari 20 meter untuk mandi di Curug tersebut.
Bila memang air yang mengalir di Curug Cigentis berasal dari sebuah batu besar semestinya hingga hari ini pun batu besar yang mengeluarkan air tersebut masih dapat kita temui disana, faktanya Curug Cigentis berasal dari air aliran sungai kecil yang terbentuk dari begitu banyak mata air di Gunung Sangga Buana, yang melewati tebing curam hingga membentuk air terjun. Atau jangan jangan batu besar yang dimaksud adalah gunung sanggabuana itu sendiri. Wallahua’alam bishowab.
Melihat apa yang dilakukan Nyi Geuntis Sari pengawal yang lain pun ikut masuk Islam yang dipimpin salah seorang Wali yang dikawal Nyi Geuntis dan pengawal lainnya, dan mereka yang masuk Islam antara lain adalah Putri Komalasari, Putri Melati, Putri Cempaka, Putri Sri Dayang Sari, Putri Sri Kunti, Putri Kaling Buana, Ibu Harum Sari, Ibu Harum Melati, Putri Malaka Mekah, Putri Malaka Hujan, Putri Rangga Huni, Resi Taji Malaka, Ganda Malaka, Guntur Roma, Rd. Jaka Tunda dan masyarakat lainnya.
Bila mengamati nama para pengawal wali itu sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan Sembilan diantaranya bergelar Putri.
Disekitar lokasi Curug Cigentis, terdapat sebuah bukit yang sering dipakai pertemuan oleh para wali sehingga lokasi tersebut sampai saat ini dikenal dengan puncak Sanggabuana. Sangga = sembilan menandakan Sembilan wali dan ‘Buana” sama dengan tempat di mana lokasi tersebut sering dipakai berkumpul dalam penyebaran agama ke daerah Cirebon, Demak, Kudus, Banten, Garut, Pemijahan Tasikmalaya, dan lain lain. Konon yang membagi bagikan tugas tersebut adalah Syekh Muhidin Abdul Kodir Zaelani.
Sepertinya terlalu dipaksakan untuk menghubungkan puncak Sanggabuana dengan Walisongo. Sangga dan Sanga memiliki makna yang jelas berbeda. Sangga bermakna penopang, sedangkan Buana atau Buwana bermakna Dunia atau semesta. Fakta menunjukkan bahwa Gunung Sanggabuana di Karawang merupakan titik tertinggi di wilayah Karawang. Bisa jadi disebut dengan nama Sanggabuana (penopang dunia) karena faktor tersebut.
Lebih menarik lagi dalam legenda itu disebutkan nama Syekh Muhidin Abdul Kodir Zaelani yang membagi bagikan tugas kepada para Wali (Wali Songo). Mungkin yang dimaksud adalah Abdul Qodir Jailani (1077–1166 M). Hanya saja beliau tak sejaman dengan Wali Songo.
Terlepas dari paparan legenda yang menimbulkan banyak pertanyaan tersebut setidaknya yang bisa disimpulkan adalah bahwa Curug Cigentis itu legendanya adalah tempat mandinya putri keratin, sedangkan bagian lain dari legenda Curug Cingentis ini justru lebih menarik untuk di ditelusuru lebih jauh lagi atau didiskusikan ulang. 

Sumber : Dari Berbagai Literatur