Showing posts with label Ruang Pengetahuan. Show all posts
Showing posts with label Ruang Pengetahuan. Show all posts

Monday, May 18, 2020

IPM Cianjur 2019


P
embangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging people choice). IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan metode penghitungan direvisi pada tahun 2010. BPS mengadopsi perubahan metodologi penghitungan IPM yang baru pada tahun 2014 dan melakukan backcasting sejak tahun 2010.
IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standard hidup layak (decent standard of living). Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola angka kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi. Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Standar hidup yang layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan, yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (purchasing power parity).
IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan melakukan standardisasi dengan nilai minimum dan maksimum masing-masing komponen indeks.IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan melakukan standardisasi dengan nilai minimum dan maksimum masing-masing komponen indeks.
IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dalam jangka panjang. Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian.
Secara umum, pembangunan manusia Kabupaten Cianjur terus mengalami kemajuan selama periode 2016 hingga 2019. Meskipun secara peringkat Kabupaten Cianjur berada pada peringkat terbawah dari 27 Kabupaten/Kota se-Jawa Barat, tetapi IPM Kabupaten Cianjur terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu setahun terakhir terjadi peningkatan dari 64,62 pada tahun 2018 menjadi 65,38 pada tahun 2019 (selisih IPM 0,76) atau tumbuh sebesar 1,18 persen. IPM Kabupaten Cianjur saat ini berada pada status “sedang”.
Dari 27 Kabupaten/Kota se-Jawa Barat, saat ini 3 berpredikat IPM “Sangat Tinggi; 13 berstatus  IPM  Tinggi;  11 lainnya masih berstatus IPM “Sedang.
2.    Pencapaian Kapabilitas Dasar Manusia
Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek esensial yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Oleh karena itu, peningkatan capaian IPM tidak terlepas dari peningkatan setiap komponennya. Seiring dengan meningkatnya angka IPM, indeks masing-masing komponen IPM juga menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun.


Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Cianjur 2016-2019

Komponen
2016
2017
2018
2019
Umur Harapan Hidup saat Lahir (UHH)
69,39
69,49
69,70
69,91
Harapan Lama Sekolah (HLS)
11,88
11,89
11,90
11,98
Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
6,61
6,92
6,93
6,97
Pengeluaran per Kapita (000Rp.)
7.074
7.300
7.874
8.290
IPM
62,92
63,7
64,62
65,38



A.    Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2016 hingga 2019, Kabupaten Cianjur telah berhasil meningkatkan Umur Harapan Hidup saat lahir sebesar 0,21 persen. Pada tahun 2016, Umur Harapan Hidup saat lahir di Kabupaten Cianjur sebesar
69,39 tahun, dan pada tahun 2019 telah mencapai 69,91 tahun.

               
                   B.    Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk usia 25 tahun ke atas. Kedua indikator ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2016 hingga 2019, HLS Kabupaten Cianjur telah meningkat rata-rata per tahun sebesar 0,03 persen.

Meningkatnya HLS menjadi sinyal positif bahwa semakin lama penduduk mengenyam bangku sekolah. Pada tahun 2019, HLS di Kabupaten Cianjur baru mencapai 11,98 tahun yang berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga kelas 3 SMA. Masih lebih rendah dibanding angka provinsi Jawa Barat yang sebesar 12,48 (peluang menamatkan pendidikan sampai D1).

Sementara itu, RLS penduduk usia 25 tahun ke atas di Kabupaten Cianjur tumbuh 0,04 persen selama periode 2018 hingga 2019. Pertumbuhan yang positif ini merupakan modal penting dalam membangun kualitas sumber daya manusia Kabupaten Cianjur yang lebih baik. Pada tahun 2019, secara rata-rata penduduk Kabupaten Cianjur usia 25 tahun ke atas telah bersekolah selama 6,97 tahun, atau telah menyelesaikan pendidikan hingga kelas 1 SMP. Lebih rendah dari angka provinsi Jawa Barat yang sebesar 8,37 (menyelesaikan pendidikan hingga kelas 3 SMP)

C.    Dimensi Standar Hidup Layak
Dimensi terakhir yang mewakili kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita (PPP) harga konstan 2012. Pada tahun 2019, pengeluaran per kapita masyarakat  Kabupaten Cianjur  mencapai Rp. 10,79 juta per tahun.

3. Pencapaian Pembangunan Manusia di Tingkat Kabupaten/Kota
Pada tahun 2019, pencapaian pembangunan manusia di tingkat Kabupaten/Kota cukup bervariasi. IPM pada level kabupaten/kota berkisar antara 65,38 (Cianjur) hingga 81,62 (Kota Bandung). Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, Umur Harapan Hidup saat lahir berkisar antara 69,21 tahun (Tasikmalaya) hingga 74,89 tahun (Kota Bekasi). Sementara pada dimensi pengetahuan, Harapan Lama Sekolah berkisar antara 11,69 tahun (Subang) hingga 14,19 tahun (Kota Bandung), serta Rata-rata Lama Sekolah berkisar antara 5,99 tahun (Indramayu) hingga 11,10 tahun (Kota Bekasi). Pengeluaran per kapita di tingkat kabupaten/kota berkisar antara 8,092 juta rupiah per tahun (Kabupaten Tasikmalaya) hingga 17,254 juta rupiah per tahun (Kota Bandung).

Kemajuan pembangunan manusia pada tahun 2019 juga terlihat dari perubahan status pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota. Jumlah kabupaten/kota yang berstatus sedang berkurang dari 15 pada tahun 2018 menjadi 11 kabupaten/kota pada tahun 2019. Kabupaten/kota yang status pembangunan manusia meningkat menjadi “tinggi pada tahun 2019 yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang. Dengan demikian pada tahun 2019 Kabupaten Kota yang memiliki status IPM “tinggi” ada 14 kabupaten/kota. Sementara itu terdapat tiga kota di Provinsi Jawa Barat yang mencapai status pembangunan manusia sangat tinggi, yaitu Kota Bandung, Kota Bekasi, dan Kota Depok.
            
Peningkatan IPM di tingkat provinsi juga tercermin pada level kabupaten/kota. Pada tahun 2019, seluruh kabupaten/kota mengalami peningkatan IPM jika dibandingkan dengan tahun 2018. Pada periode ini, tercatat tiga kabupaten/kota dengan kemajuan pembangunan manusia paling cepat, yaitu Karawang (1,39 persen), Bogor (1,38 persen) dan Sukabumi (1,24 persen). Kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Karawang dan Sukabumi didorong oleh perbaikan dimensi Standar Hidup Layak, sementara Bogor didorong oleh perbaikan dimensi Pendidikan.
Sementara itu kemajuan capaian pembangunan manusia selama 2018 2019 di Kabupaten Subang (0,56 persen) tercatat paling lambat, di susul Kabupaten Sumedang (0,66 persen) dan Kota Depok (0,66 persen). Untuk kasus Kota Depok yang wilayah geografisnya relatif kecil, kepadatan penduduk yang besar, dengan peringkat capaian IPM yang sudah cukup tinggi yaitu di posisi ketiga setelah Kota Bandung dan Kota Bekasi. Tentu untuk meningkatkan 0,01 persen saja sangat butuh sumber daya yang jauh lebih besar jika dibanding daerah lain yang wilayahnya luas, dengan komponen IPM yang masih relatif rendah.
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

                  ( Warji Permana )