Karawang, 10 November 2017
Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November setiap tahunnya selalu
diperingati oleh setiap
Kementerian/Lembaga ditingkat pusat hingga
Dinas/Instansi ditingkat daerah. Peringatan hari pahlawan tahun ini
jatuh pada hari Jumat tanggal 10 November 2017 sesuai Surat Menteri Sekretaris Negara Nomor
B-1027/M.Sesneg/Set/TU.00.04/11/2017 perihal Penyelenggaraan Upacara Peringatan
Hari Pahlawan Tahun 2017 dan Surat
Sekretaris Utama BPS No B-454/BPS/2420/11/2017 perihal Upacara Peringatan Hari
Pahlawan Tahun 2017.
BPS Karawang pun tak kalah antusias, dengan seragam batik korpri
tepat pukul 07.45 semua pegawai BPS
Karawang dengan penuh semangat turun ke halaman depan kantor BPS Karawang. Tak
sekedar bersemangat melaksanakan upacara tentunya, tetapi ada maksud lain
setelahnya yaitu berswa foto ria. Maklum saja tugas berat yang bertubi-tubi
menuntut para pegiat statistik ini setiap harinya harus berkutat dengan dengan
kuesioner, komputer/laptop atau sesekali terjun langsung ke lapangan demi
mengejar data berkualitas. Jarang mendapat moment seperti ini.
Tepat pukul 08.00 upacarapun dimulai. Bertindak sebagai pembina
upacara yaitu Kepala BPS Kabupaten Karawang, Slamet Waluyo, S.Si, M.Si.
Sementara posisi pemimpin upacara dipegang oleh Kasie Statistik Distribusi,
Wawan Purnawan, S.ST.
Dalam sambutannya (yang dibacakan oleh pembina upacara) Menteri
Sosial, Khofifah Indar Parawansa dengan panjang lebar menegaskan bahwa dalam kerangka mewujudkan visi “Terwujudnya
Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong –
royong” telah dirumuskan sembilan agenda prioritas pemerintahan ke depan
yang disebut NAWA CITA. Kesembilan agenda prioritas itu bisa dikategorisasikan
ke dalam tiga ranah; ranah mental-kultural, ranah material (ekonomi) dan ranah
politik. Pada ketiga ranah tersebut, Pemerintah saat ini berusaha melakukan
berbagai perubahan secara akseleratif, berlandaskan prinsip-prinsip Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 .
Ketiga ranah pembangunan tersebut bisa dibedakan tapi tak dapat
dipisahkan. Satu sama lain saling memerlukan pertautan secara sinergis.
Perubahan mental-kultural memerlukan dukungan politik dan material berupa
politik kebudayaan dan ekonomi budaya. Sebaliknya perubahan politik memerlukan
dukungan budaya dan material berupa budaya demokrasi dan ekonomi politik.
Pada era milenium kedua saat ini kita tengah menyaksikan sebuah
transformasi besar dalam hubungan internasional diantara bangsa-bangsa dunia.
Kita sedang menyaksikan suatu zaman yang diutarakan oleh jurnalis Gideon Rahman
pada tahun 2016 tentang fajar baru pergeseran global dimana kemajuan peradaban
dunia disebut sebagai era Easternization atau Timurisasi. Dalam era kemajuan
global seperti ini negara-negara Asia dianggap sebagai kutub-kutub baru
kemajuan peradaban dunia. Oleh karena itulah persatuan Indonesia bukan hanya
sebuah imperatif yang harus kita rawat sebagai suatu bangsa namun lebih dari
itu Persatuan Indonesia adalah sebuah prasyarat bagi kita menjadi bagian dari
kekuatan yang tengah tumbuh, the rising force bersama dengan bangsabangsa lain
yang saat ini menjadi 20 sorotan kemajuan seperti China, India dan Korea untuk
menjadi menaramenara baru pembawa obor kemanusiaan. Membawa cahaya baru yang
menjadi pandu kemajuan dunia berlandaskan nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan
yang sejalan dengan nilai-nilai dasar negara kita yakni Pancasila.
0 komentar:
Post a Comment