Hari
ini Jumat tanggal 27 Oktober 2017 sesuai instruksi dari Sekretaris Utama
BPS melalui surat dinas Nomor : B-413/BPS/242011 0/20 17, tanggal 24
Oktober 2017 seluruh pegawai BPS Kabupaten
Karawang melaksanakan upacara peringatan hari sumpah pemuda ke-89. Bertindak
sebagai Pembina upacara adalah Kepala BPS Kabupaten Karawang, Slamet Waluyo,
S.Si, M.Si. Upacara kali ini sengaja dilaksanakan sehari sebelum tanggal 28
Oktober 2017 sesuai dengan Surat Edaran Menpora Nomor 10.13.1/MENPORA/DII/X/2017
tentang peringatan hari sumpah pemuda ke-89 tahun 2017, dimana dalam salah satu
pasal ketentuannya menyebutkan bahwa upacara di instansi
masing-masing dilaksanakan pada hari Sabtu
tanggal 28 Oktober 2017 atau hari
kerja sebelum
atau sesudahnya.
Dalam arahan Menteri Pemuda dan Olah Raga yang dibacakan oleh pembina
upacara, Menpora Imam Nahrawai menegaskan bahwa sudah selayaknya kita bersyukur atas sumbangsih para pemuda
Indonesia
yang sudah melahirkan Sumpah
Pemuda. Sudah
seharusnya kita meneladani langkah-langkah dan keberanian mereka
hingga mampu menorehkan sejarah emas
untuk
bangsanya. Bandingkan dengan
era sekarang. Hari ini,
sarana transportasi umum
sangat
mudah.
Untuk menjangkau ujung
timur dan barat
Indonesia hanya dibutuhkan waktu beberapa jam saja. Untuk
dapat
berkomunikasi
dengan pemuda di pelosok- pelosok negeri ini,
cukup dengan
menggunakan alat komunikasi, tidak perlu
menunggu datangnya tukang pos
hingga berbulan-bulan lamanya. Interaksi sosial dapat dilakukan
24 jam,
kapanpun
dan
di manapun.
Namun, anehnya
justru dengan berbagai
macam kemudahan yang
dimiliki hari ini,
kita
justru lebih sering
berselisih paham,
mudah
sekali memvonis orang, mudah
sekali berpecah belah,
saling mengutuk satu dengan yang lain,
menebar fitnah
dan kebencian. Seolah-olah kita ini
dipisahkan oleh jarak yang tak terjangkau,
atau berada di ruang isolasi yang tidak terjamah,
atau terhalang
oleh
tembok raksasa yang tinggi dan
tebal
hingga tidak dapat ditembus oleh siapapun. Padahal, dengan kemudahan
teknologi dan sarana
transportasi
yang kita miliki hari ini, seharusnya lebih
mudah buat kita
untuk
berkumpul,
bersilaturahim dan berinteraksi
sosial.
Sebetulnya, tidak ada
ruang
untuk
salah
paham
apalagi membenci, karena semua hal dapat kita konfirmasi
dan kita
klarifikasi hanya dalam hitungan detik.
Dalam sebuah kesempatan, Presiden Republik Indonesia yang pertama, Bung Karno pernah
menyampaikan : "Jangan
mewarisi abu Sumpah Pemuda,
tapi warisilah api Sumpah
Pemuda.
Kalau
sekadar
mewarisi abu, saudara-saudara akan puas
dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, satu bangsa,
dan satu
tanah air. Tapi ini
bukan tujuan
akhir,"
Pesan yang disampaikan oleh Bung Karno ini sangat mendalam khususnya bagi generasi muda
Indonesia.
Api
sumpah pemuda harus kita
ambil dan terus
kita
nyalakan. Kita harus berani melawan
segala
bentuk
upaya yang ingin memecah
belah persatuan
dan kesatuan bangsa. Kita juga
harus berani
melawan ego kesukuan, keagamaaan
dan
kedaerahan kita. Ego ini yang kadang kala mengemuka dan menggerus persaudaraan kita sesama anak bangsa.
Kita harus
berani
mengatakan bahwa Persatuan Indonesia adalah segala-galanya, jauh di
atas
persatuan keagamaan, kesukuan, kedaerahan, apalagi golongan.
Menpora mengajak agar kita senantiasa kukuhkan persatuan dan kesatuan
Indonesia.
Stop
segala bentuk
perdebatan yang
mengarah pada
perpecahan bangsa. Kita seharusnya malu dengan para pemuda
1928 dan juga kepada
Bung Karno, karena masih harus berkutat
di soal-soal ini. Sudah saatnya kita
melangkah ke
tujuan lain yang lebih
besar,
yaitu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Saatnya kita
Berani Bersatu
untuk
Kemajuan dan Kejayaan Indonesia.
(Warji Permana)
0 komentar:
Post a Comment