Ciampel adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Karawang.
Kecamatan yang terletak di sebelah selatan Karawang ini menyimpan beragam
potensi terutama sektor Industri. Ditandai hadirnya Kawasan Industri Surya
Cipta, Kawasan Industri Mitra dan sejumlah bangunan industri lainnya yang
tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Ciampel. Bahkan perusahaan percetakan
uang negarapun (peruri) terdapat di wilayah kecamatan ini. Tak heran jika Ciampel masuk ke dalam tiga
besar kecamatan dengan nilai PDRB tertinggi di Kabupaten Karawang dengan nilai
PDRB diatas 20 trilyun rupiah selain Telukjambe Timur dan Klari.
Namun, kondisi sebaliknya ditunjukkan oleh sektor pertanian yang
dimiliki wilayah ini. Sektor pertanian nyaris dikatakan bukan primadonanya
Ciampel. Terbukti sektor ini hanya menyumbang nilai dibawah 250 milyar rupiah
kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Karawang.
Terlepas dari semua itu kegiatan pengumpulan data rata-rata
produksi tanaman pangan yang dilakukan oleh BPS bersifat sampel yang tersebar
di seluruh wilayah Kabupaten Karawang. Dengan harapan ada keterwakilan populasi
tanaman pangan semua wilayah kabupaten.
Mengingat sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan
memiliki peranan cukup penting dalam perekonomian, maka informasi mengenai
produksi tanaman pangan yang akurat dan menggambarkan kondisi terkini sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dan para pemangku kebijakan khususnya. Informasi
yang dibutuhkan salah satunya adalah produktivitas atau hasil perhektar setiap
periode musim tanam (subround). Ya, melalui kegiatan ubinanlah informasi
tersebut bisa didapat. Selain informasi produktivitas informasi lain yang bisa
didapat adalah tentang metode tanam, penggunaan pupuk, penanggulangan OPT dan
lain-lain.
Seperti ubinan yang dilakukan Koordinator Statistik Kecamatan
Ciampel, Dedi Supardi bersama Petugas Penyuluh Lapangan Pertanian di Desa
Mulyasari. Menggunakan metode pengukuran langsung pada plot ubinan terpilih dan
melalui wawancara dengan petani sampel maka berhasil dikumpulkan data mengenai
hasil produktivitas perhektar. Ukuran plot ubinan adalah seluas 2,5 m x 2,5 m. Hasil
per plot ubinan yang jika dikalikan 16 maka didapat gambaran rata-rata produksi
perhektarnya. Sebagai contoh jika hasil ubinan yang didapat sebesar 3,5 kg,
maka perkiraan hasil perhentarnya adalah 4 x 16 = 56 kwintal atau 5,6 ton. Selain
itu, Dedi juga menggali informasi mengenai penggunaan pupuk, benih, pengairan,
pestisida, cara tanam dan sebagainya yang hasilnya akan dilaporkan ke tingkat
kabupaten untuk dilakukan pengolahan data lebih lanjut.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi naik turunnya produktivitas
padi per hektar diantaranya adalah masalah kesuburan tanah, pemakaian pupuk,
bibit, cara bercocok tanam, organisme pengganggu dan sebagainya.
Seperti yang disampaikan Arda, PPL Desa Mulyasari, hasil ubinan
sebesar itu bisa dibilang lumayan untuk ukuran Desa Mulyasari. Betapa tidak, sistem
tanam yang terus menerus karena ketersediaan air yang banyak dan
penggunaan pupuk anorganik yang berlebih menjadi penyebab turunnya kesuburan
tanah sawah. Ada sebagian petani kurang memperhatikan waktu tanam sesuai
anjuran pemerintah misalnya setelah selesai panen langsung menanam lagi tanpa
memperhatikan kondisi tanah kembali menjadi baik.
(Warji
Permana)