Friday, May 12, 2017

Generasi Milenial

   No comments     
categories: 


Generasi milenial adalah istilah untuk menyebut generasi kelahiran tahun 1981-1994. Apakah anda termasuk generasi ini?. Tetapi bukan semata karena rentang masa kelahiran, melainkan lebih lebih pada pola pikir dan gaya hidup generasinya yang banyak dipengaruhi teknologi digital. (Dikutif dari laman Okezone.com tanggal 2 April 2017). 

Memang benar bahwa setiap generasi pastinya punya masalah finansial yang berbeda. Meski sebenarnya sejak dulu, inti dari persoalan finansial pribadi tidak banyak berubah. Tapi jika dibanding generasi orangtua kita, mungkin generasi milenial sekarang ini mengalami kondisi semakin sulit, mungkin salah satunya karena gaya hidup yang berbeda dengan zaman dulu, sebagai cotoh jika dulu berutang pada tetangga, sekarang utang kartu kredit.



Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan  jumlah pengangguran  terbuka per Februari 2017 mencapai 7,01 juta orang, turun 20 ribu orang dibanding Agustus 2016 berkurang 10 ribu dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Jumlah ini hampir menyamai penduduk negara Austria. Tingkat pengangguran terbuka Februari 2017 ini sebesar 5,33 persen, atau mengalami penurunan 0,28 persen dibandingkan keadaan Agustus 2016 dan turun sebesar 0,17 persen dibandingkan Februari 2016. Berbagai kebijakan pemerintah terkait dengan penciptaan lapangan kerja tampaknya cukup berhasil menekan tingkat pengangguran selain karena faktor daya serap sektor pertanian pada musim panen di Pebruari 2017. Tingkat Pengangguran Terbuka merupakan rasio jumlah penganggur terbuka terhadap jumlah angkatan kerja

Meskipun secara statistik jumlah pengangguran terbuka mengalami sedikit penurunan, namun itu hanyalah potret pada keadaan periode survey. Keadaan cepat berubah dinamis seiring perubahan ekonomi. Bayangkan dalam setahun, ada berapa banyak lulusan perguruan tinggi, sekolah tinggi, dan SMA yang mencari pekerjaan. Sedangkan lahan pekerjaan tidak sepadan. Peranan entrepreneur-entrepreneur muda sangat dibutuhkan sehingga bukan hanya bisa menggaji diri sendiri, tapi juga membuka lahan pekerjaan bagi orang lain. Bahkan untuk kondisi sekarang yang bergaji Rp4 juta saja termasuk dalam masyarakat berpenghasilan rendah. Lalu bagaimana dengan mereka yang bergaji 1-3 juta? Tapi begitulah kenyataannya. Ditambah lagi pertumbuhan gaji tidak selaras dengan inflasi. Makanya kita selalu merasa harga-harga makin mencekik.

Cicilan rumah dengan harga jual Rp300 juta sekarang bisa mencapi Rp3 juta untuk tenor 15 tahun, tak heran kalau Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution sendiri menyebutkan bahwa generasi muda Indonesia semakin kesulitan membeli rumah. Cicilan kendaraan roda empat untuk saat ini saja paling kecil 3 jutaan untuk kendaraan menengah ke bawah. “Nggak apa-apalah tenor panjang, yang penting cicilan murah." Mindset seperti ini sepertinya sudah melekat kuat menjadi watak orang Indonesia. Selain itu kebiasaan dan gaya hidup juga berpengaruh signifikan terhadap keadaan. Coba perhatikan, di mana biasanya generasi milenial menghabiskan akhir pekan? Di bioskop, mal, kafe, atau restoran. Apalagi jika generasi tersebut tinggal di kota urban yang sedang giat-giatnya membangun menuju kota modern.  Niatnya hanya lihat-lihat, tapi akhirnya belanja karena tergiur obral dan diskon. Belum lagi menggunakan kartu kredit hanya untuk gaya-gayaan tanpa paham kalau justru bisa berhemat banyak dengan memanfaatkan kartu kredit. 

Harus pandai memilah-milah mana kebutuhan dan mana keinginan. Lantas apa sih perbedaan keduanya?



Secara bahasa, kebutuhan adalah segala hasrat yang timbul dalam diri manusia yang jika tidak terpenuhi dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya. Barang yang termasuk dalam kelompok kebutuhan juga memberikan aspek psikologis yang menjadi dasar atau alasan makhluk hidup dalam menjalankan aktivitas-aktivitasnya. Sebab, pada dasarnya manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.

Apa saja barang yang masuk dalam kelompok kebutuhan? Mungkin kita pernah mendengar istilah “sandang, pangan, dan papan” atau pakaian, makanan, dan tempat tinggal. Apa hanya itu saja? Tidak, masih banyak lagi, seperti kesehatan, pendidikan, pendapatan, dan lainnya yang bisa mempengaruhi kehidupan kita.

Bertolak belakang dengan kebutuhan, keinginan adalah segala hasrat yang timbul dalam diri manusia yang jika tidak terpenuhi tidak mempengaruhi kelangsungan hidupnya. Keinginan sebenarnya juga harus dipenuhi, agar manusia merasa lebih puas guna meningkatkan kesejahteraan. Tapi kalaupun tidak terpenuhi, maka kesejahteraan manusia tersebut tidak akan berkurang dan tidak akan mempengaruhi kelangsungan hidupnya.

Apa saja produk yang termasuk dalam keinginan? Banyak sekali! Bahkan pakaian pun bisa berubah menjadi produk yang termasuk keinginan. Hal ini disebabkan karena tujuan pembeliannya hanya untuk memenuhi hasrat akan kesukaannya pada produk itu, bukan karena dia sudah tidak punya baju lagi atau butuh. Seperti peribahasa, sebanyak apapun uangnya tak akan cukup jika untuk memenuhi gaya hidup. Pergunakanlah uang seperlunya sesuai kebutuhan bukan keinginan. Dan jangan lupa bahwa ukuran rezeki itu terletak pada berkahnya bukan jumlahnya. 


Warji Permana

****************



0 komentar:

Post a Comment